Tuhan, Jika...
“Aku yakin
dia tidak akan mengenalku jika dia mendengarku berbicara sekarang. Aku sangat
jauh dari diriku. Aku benar-benar tersesat! Siapa aku sebenarnya? Aku bukan
orang yang sama. Aku benar-benar lupa siapa aku. Setiap kali aku ingin kembali
aku tidak bisa ingat jalan kesana. Gadis itu telah lama hilang dan aku masih
mencoba untuk mencarinya! Apakah aku bisa kembali ke diriku yang sebenarnya
atau aku terpaksa menjadi diriku yang seharusnya?” Isi
kepalaku bertanya-tanya kepada sanubariku.
Sudah 4 tahun aku tidak melihat Adam. Memutar lagu You Don’t Own
Me di Path adalah cara terburuk agar Ia menjauh. Benar saja,
ia mengerti kode itu dan menghilang. Aku tidak peduli dan bersyukur dia pergi
saat itu. Menambah beban pikiran saja, pikirku.
Libur semester tiba. Aku kembali ke kota yang pernah aku tinggali
untuk berlibur bersama keluargaku. Kota itu dikelilingi lembah, hutan, dan air
terjun yang indah. Kami menyewa sebuah resort.
Setibanya disana aku berkeliling menyusuri penginapan. Langkahku
terhenti. Aku membeku.
“Kara?”
tunjuknya.
“Adam?” Mukaku
terheran-heran.
“Hai! apa kabar?
Kamu stay disini juga?”
“Iya. Kamu
liburan disini juga?”
“Iya nih,
kerja sih sebenarnya.”
“Oh,
berapa lama tinggal disini?”
“Lusa udah
pulang, kok.”
“Oh, sorry
aku harus balik, kayaknya orang tua aku udah nyariin, deh.”
“Mau aku anter?”
“Oh gak usah,
I’m fine. Bye!”
Aku buru-buru berbalik arah.
“Kara!”
Panggilan itu sebenarnya yang aku harapkan.
“Iya?”
“Kalau kamu gak
sibuk besok mau naik perahu ke air terjun gak?
“Hmm……...OK.”
“Ketemu disini
lagi jam 8, ya?”
“OK. See you
at 8.” Aku melambaikan tangan lalu pergi berbalik arah.
Aku cukup tersipu malu. Perasaanku campur aduk. Tapi satu yang
pasti, aku merasa bersalah padanya karena caraku waktu itu untuk membuat Ia
pergi.
Keesokan paginya aku pergi ke tempat dimana kami bertemu. Ternyata
dia sudah menungguku.
“Ready?”
“Ayo.”
Di atas perahu perbincangan kami dimulai.
“Btw, kamu
kerja apa sekarang?” Tanyaku penasaran.
“Aku buka usaha furniture.”
“Oh,
kuliah udah selesai?”
“Aku keluar.”
“Kenapa?”
“You know me,
pengen mencoba sesuatu yang baru aja. Kamu sendiri lagi sibuk apa?”
“Aku kuliah
semester akhir.”
“Di tempat yang
kamu gak suka itu?”
“Aku gak bilang
aku gak suka, cuma bukan passion aku aja.”
“Masih aja.”
“Masalahnya apa sih?
Inikan pilihan aku.”
“Kamu itu ga
berubah sedikitpun ya?”
“Ha? Kamu
yakin?”
“Yakinlah, kamu ya
kamu.” Tunjuknya.
“I don’t
know, I feel that girl is already gone. I don’t even know who I am today.”
“You lost
yourself? Karena kamu ga suka ada disana?”
Aku menatapnya dan merasa malu.
“Karena aku juga
gak suka ada di Jogja.”
“Trus kenapa
kamu maksain kesana?”
“It’s you.”
“Me?” Tanyaku
heran.
“Because you
wanna be there.”
“Aku mau balik
sekarang!” Ucapku memaksa.
Ia memutar perahunya kembali ke dermaga. Tak sepatah katapun kami
ucapkan lagi. Ia bersikeras mengantarku ke resort.
Setibanya di resort, orang tuaku belum kembali. Adam menunggu
hingga orangtuaku kembali. Kami hanya saling bertatap tanpa bisa mengutarakan
kata-kata.
“Maafin aku ra.”
Tiba-tiba Adam mengeluarkan kata ajaib itu, Ia lalu menggenggam tanganku.
Suara kucing membangunkanku dari mimpi indah itu. Saat itu aku sadar
bahwa Adam memang berjuang untukku. Hanya saja, aku baru menyadarinya kini.
Setelah kelulusan SMA aku tidak pernah lagi berjumpa dengannya, tak
pula mendengar kabarnya. Darinya aku belajar untuk mengenal diriku kembali, mencari
tahu apa yang benar-benar aku inginkan.
To
be continued........
Play casino - No.1 for the Casino Guru
ReplyDeleteNo longer have the opportunity to go https://access777.com/ to the casinos or read the reviews 바카라사이트 of the slots you love. But they're not always the casino-roll.com same. Sometimes you have 1xbet login a https://sol.edu.kg/ new online